Minggu, 26 Mei 2013

Nabi Darurat Rasul Ad-Hoc

Karya terbaru dari Emha Ainun Najib atau yang sering kita dengar dengan panggilan Cak Nun yang dituangkan yang dituangkan melalui jagad panggung teater yang berjudul "Nabi Darurat Rasul Ad-Hoc"



Mengisahkan sebuah cerita keluarga kecil yang tidak menonjol  di pelosok sebuah desa pinggiran Kota, yang hanya terdiri dari hanya Ruwat Sengkolo, duda hampir paruh baya, dengan kakeknya, Mbah Soimun, tiba-tiba menjadi perhatian masyarakat luas dan menjadi sumber pergunjingan serta keributan.
Ruwar Sengkolo ( diperankan dengan bagus oleh Joko Kamto ), tokoh sentral dalam cerita ini. Dikisahkan sebagai seorang yang dipenuhi keresahan akan keadaan zaman ini yang makin menjauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Dia mengurung diri dalam kurungan putih besar, buatannya sendiri.  Kurungan yang berdiri di panggung analogi bahwa setiap manusia memiliki “kurungan”nya sendiri. Kurunga yang diciptakan diri sendiri, lingkungan, sosial, bahkan impor Ruwat, secara kasat mata berlaku agak gila. Dia membawa terompet dan berpakaian aneh. Dalam kurungan kain putih. Tetapi secara muatan, sesungguhnya Ruwat adalah manusia yang bersedih. Sedih melihat masyarakat dan Negaranya yang menurutnya sudah terlalu busuk, bobrok, dan hancur. Sehingga ilmu, perangkat hukum, revolusi sosial atau apapun tak mungkin mengatasinya. Ruwat tidak tahu lagi harus bagaimana, lalu protes dengan caranya sendiri.
Di dalam kurungan dia resah atas situasi di luar, sedangkan masyarakat sekitar, yang diwakili oleh Pak Lurah Sangkan resah akan dia yang di dalam kurungan. Pergunjingan-pergunjingan tak terelakkan. Saling resah, walau yang diresahi objek yang berbeda. Dikira Ruwat sedang punya hajat mengaku sebagai Nabi.
Sejumlah anak muda yang kos di sebelah rumah Ruwat, yang juga para pemain musik (Letto Band) jadi terlibat. Karena keributan masyarakat umum menuding Ruwat dengan bermacam-macam spekulasi. Ruwat gila, mau bunuh diri, dukun tiban, bertapa karena cari pesugihan, bahkan beredar juga isu bahwa Ruwat akan tampil di Pilkades.
Keributan memuncak ketika petugas kepolisian datang untuk menangkap Ruwat karena dituduh meresahkan masyarakat serta melanggar UU. Sejumlah kelompok masyarakat mendukung tindakan aparat  keamanan Pemerintah karena mereka, Ruwat mengaku Nabi dan Rasul.
Pak Lurah Sangkan turun tangan. Pak Jangkep marah karena membela martabat anaknya. Alex coba melakukan persepsi, analisis, dan penyikapan terhadap penangkapan itu. Ki Janggan pasang badan. Brah Abadon melintas-lintas dengan suara langitnya. Mbah Soimun terombang-ambing antara bingung dan geli karena perkembangan fikiran manusia dan zaman yang semakin tak bisa diikutinya.
Ruwat sangat menyakini tahun 2012 yang dipercaya banyak orang sebagai Tahun Kiamat, sebenarnya adalah awal dari tindakan Tuhan kepada kita manusia yang tingkat dan komplikasi problemnya bisa diatasi dengan kepemimpinan yang setingkat, sepadat, dan sekuat   Nabi atau Rasul.


Makna yang saya peroleh setelah menonton film ini diantaranya adalah dalam menjalani kehidupan di dunia ini diperlukan yang namanya sebuah pedoman. Dan orang Islam yang menjalani kehidupan di dunia ini harus berpedoman dan bertumpuan hidup pada Alqur’an dan Hadist. Agar manusia dapat hidup sesuai aturan dan tuntunan kehidupan yang telah diperintahkan Allah melalui Rasul-Nya. Tidak melenceng seperti seperti Ruwat yang dikisahkan dalam film ini. Karena frustasinya terhadap permasalahan di Negeri ini sehingga dia menganggap bahwa dirinya adalah seorang Nabi dan Rasul. Sedarurat apapun dunia ini dan segala isinya mengapa harus sampai membutuhkan orang yang dijadikannya sebagai rosul/nabi? sehebat-hebatnya manusia dan rosul/nabi tidak ada yang bisa menyelesaikan masalah-masalah yang ada di dunia ini, dan saya pun tidak yakin adanya nabi/rosul dijaman 2012 ini. Dan hanyalah Allah SWT segalanya yang dapat mengatur atas kuasa-Nya. 
Masalah pendidikan juga ditampilkan dalam film ini, mengenai orang – orang berpendidikan tetapi belum bekerja, yang mondar – mandir mencari pekerjaan yang nyatanya belum bisa merubah nasibnya dengan menyandang gelar Sarjana (S1). Di sini tidak digambarkan bahwa kita sebagai manusia tidak boleh mengira – ngira atau meramalkan kehendak Allah, terutama tentang masalah Kiamat.
Film ini juga ingin mengomentari para peneliti yang sering mengungkapkan keadaan di bumi ini tanpa pembuktian, misalnya Kiamat yang dinyatakan terjadi pada tahun 2012 dan tanpa fakta yang ada. Dan dengan ramalan seperti itu yang tidak bisa di percaya, nyatanya tahun 2012 kemarin tidak terjadi. Dan alhamdulillah sampai sekarang tahun 2013 pun keadaan baik-baik saja. Mungkin kalau kiamat kecil, masih ada dan banyak ditemui. Itu semua pun di akibatkan oleh manusianya sendiri yang kurang mendekatkan diri kepada Allah SWT. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar